Hujan
Oleh: Trilya Deyatari
Hari
itu hujan turun dengan deras, Nino berniat berangkat ke sekolah, namun ia takut
kebasahan. “andai ayah punya mobil, aku tidak akan terlambat ke sekolah dan
memikirkan cara agar tidak basah” ujarnya kepada ayahnya. Namun ia melihat
ayahnya hanya teridam, iapun kesal setengah mati.
Ayah
nino adalah seorang petani,yang hanya mengelolah lahan milik oranglain, dan
ibunya sehari-hari menjaga warung kecil di depan rumah. Kehidupan ekonomi
mereka sungguh pas-pasan. Sehingga tidak mungkin bisa membeli sebuah mobil.
Untuk makan saja, terkadang harus berhutang dulu. Namun nampaknya nino tidak
mengerti keadaan orangtuanya.
Pagi itu, nino tetap berangkat ke sekolah diatar oleh
ayahnya dengan motor butut miliknya serta mantel hujan yang sudah kusut, usang,
dan sedikit robek.
Sepanjang perjalanan,
Nino terus mengeluh, dan mengeluh. “pokoknya besok ayah harus membeli mobil,
seperti milik temanku, aku tidak akan berangkat ke sekolah jika ayah tidak
membelikan mobil!”ia berteriak sekeras mungkin, mengalahkan derasnya suara
hujan.
Ayahnya hanya terdiam
saja, dalam hati ia kasihan terhadap anaknya, tetapi mau bagaimana lagi,
begitulah nasip yang harus dihadapi mereka kenyataannya. Ayahnya hanya bisa
bersabar.
Sesampainya di sekolah, Nino melamun di depan koridor
sekolah melihat teman-temannya yang kaya raya diantar menggunakan mobil,
lengkap dengan supir pribadinya. Dibenaknya muncul rasa iri. Ia sangat ingin
seperti mereka. Benaknya berkata “pokoknya ayahku harus membeli mobil.” Bel sekolah
berbunyi, Nino dan anak-anak lain berlarian masuk ke dalam kelas.
Di kelas ia tidak fokus
belajar, sedikitpun ia tidak mendengarkan guru yang sedang menjelaskan di
depan, matanya melihat papan, namun pikirannya kemana-mana. Ia hanya memikirkan
cara bagaimana agar ayahnya membeli mobil.
Waktu demi waktu
berlalu, sepulang sekolah hujan turun deras sekali. Nino bertekad pulang,
melawan hujan, dengan basah kuyup. Ia berjalan menuju rumahnya. Dalam hati
penuh dendam, marah, sedih, ia menangis habis-habisan “mengapa aku miskin”
teriaknya.
Tiba-tiba ada seorang
bapak tua yang menghampirinya di jalan “mengapa kau menangis nak?”. Nino
terkaget, melihat bapak tua berpakaian compang-camping, memakai topi yang sudah
usang, dan memegang tongkat. Nino berkata “aku ingin seorang ayah yang
mempunyai mobil, seperti ayah teman-temanku, agar aku bisa ke sekolah tanpa
kehujanan” kakek tua itupun memberikan secarik kertas, berisikan alamat.
“datanglah ke rumah ini, di sana kau akan mendapatkan apa yang kau mau”. Nino
mengambil kertas yang diberikan, ia memperhatikan alamat yang tertera pada
kertas itu sambil merunduk. Saat ia mengangkat kepalanya, kakek tua itu hilang
entah kemana, ia melihat sekelilingnya namun taka ada.
Nino sangat
penasaran,ia tidak memikirkan apa apa lagi, ia hanya berfikir bahwa
sebentarlagi ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan. Sebagaimana perkataan
kakek itu.
Ia
terus berjalan, dengan basah kuyup, ia mencari alamat persis pada secarik
kertas. Sampai akhirnya ia berada tepat di depan rumah mewah, 3 tingkat.
Pagarnya sangat tinggi, di depan rumah terdapat halaman yang sangat luas
ditumbuhi oleh bunga-bunga, serta tanaman bonsai beraneka bentuk. Hujan yang
turun hari itu membuat halaman terlihat semakin segar.
“Ayo
mari masuk, kami sudah menunggumu sejak tadi nak”, Ujar seorang bapak-bapak
berpakaian rapi, jas hitam, berdasi merah, celana kain,dan sepatu ventopel.
Nampaknya seorang yang kaya raya sambil menjemputnya di depan pagar dengan
membawakan payung.
Nino tidak berfikir
panjang, ia menurut saja apa yang dikatakan bapak itu. Ia melihat
sekelilingnya, betapa besar,luas dan mewah sekali rumah itu. Matanya tertuju
pada garasi mobil, ia melihat 4 mobil terparkir sekaligus dengan berbagai
warna, merah, hitam, silver, dan putih. Tidak sabar lagi ia ingin diantar ke
sekolah menggunakan mobil-mobil itu, agar ia bisa pamer kepada temannya”.
“Mulai sekarang kau akan menjadi anak kami” ujar bapak-bapak
yang menjemputnya di depan pagar tadi. Nino mengangguk tanda setuju sambil
tersenyum licik. Ia tidak menyangka bahhwa hari itu ia akan menjadi seorang
anak yang kaya raya.
Dibenaknya berfikir
tentang kakek tua di jalan tadi, ia masih teringat, ia berkata bahwa ingin
seorang ayah yang memiliki sebuah mobil. Nampaknya keinginannya telah tercapai.
Hari berlalu dengan cepatnya. Pagi-pagi sekali ia bangun,
seperti biasa ia ingin sarapan yang selalu disediakan oleh ibunya dahulu. Namun
tidak ada, ia melihat rumah luas, yang penuh barang-barang mahal, tidak ada
sarapan, tidak ada ibu yang menyiapkan sarapan dan menyiapkan pakaian sekolah.
Sepi yang ia rasakan. Namun ia tak berfikir panjang, ia berniat langsung
berangkat menggunakan mobil-mobil yang ada di garasi. Ia memilih satu yang
berwana merah. Ia diantar oleh supir menuju sekolah. Hatinya riang tak terkira.
Sepulang sekolah ia
dijemput kembali oleh supir. Sesampainya di rumah, bukannya merasa senang
menjadi anak orang kaya. Malah ia merasa sangat sepi, ayah angkatnya yang
sangat kaya begitu sibuk, sehingga untuk bertemu saja sangat susah. Ia teringat
pada ayahnya, yang walaupun sibuk menggarap sawah, namun tetap pulang dan
sangat perhatian, membantu mengerjakan PR, mengajaknya bermain bola, serta
mengajaknya jalan-jalan walaupun hanya menggunakan motor butut. Ia teringat
ibunya, yang walau sibuk menjaga warung, namun tetap memperhatikannya,
menyiapkan sarapan, membuatkan makanan favorit nya, serta membacakan dongeng
sebelum tidur. Nino menangis sejadi-jadinya. Ia berteriak “aku ingin ibu dan
ayahku saja”
Tiba-tiba “Nino
bangun!!!” kata ibu guru, Nino pun terbangun dari tidurnya di kelas tadi, ia
melihat sekelilingnya teman-teman sedang mentertawakannya. “musim hujan memang
membuat kita menjadi ngantuk, ayo sekarang cuci muka mu” kata ibu guru, ia
berjalan ke kamar ,mandi sambil berkata dalam hati “syukurlah itu semua hanya mimpi,
aku tidak ingin menjadi kaya, tapi aku merasa sepi”. Ia sangat legah sekali. Ia
tidak sabar ingin segera pulang ke rumah, makan masakan yang enak dari ibu, dan
bermain bersama ayah. Saat itu juga ia mensyukuri apa yang ia miliki, ia tidak
ingin menjadi kaya tetapi merasa sepi, seperti apa yang ia mimpikan. Ia sangat
bahagia dengan hidupnya yang ada.
ULANG TAHUN ROSA
Hari ini hari Sabtu 13 Maret.
Tepat pada hari ulang tahun Rosa. Sepulang sekolah Rosa mempersiapkan pesta
ulangtahunnya, karena sebelumnya dia telah mengundang teman-temannya untuk dating
ke pesta ulang tahunnya. Orang tuanya serta kakak adiknya membantu
mempersiapkan pestanya. Setiap hari Sabtu semua siswa puulang cepat, yaitu
pukul 09:00 masih ada waktu banyak untuk mempersiapkan pestany. Ibu membantu
membuat kue ulang tahun dan hidangan-hidangan pesta lainnya, Ayah dan kakaknya
membeli balon, lilin yang berangka 9, dan minuman yang cocok buat pesta , yaitu
sirup, sedangkan adiknya membantu meniup balon dan menyapu lantai. Sedangkan
Rosa menata meja ,kursi dan mebuat sirup. “Kak, tolong bantu ibu , menaruh
hidangan-hidangan ini ke meja ya!” kata ibu kepada kak Lisa, kakaknya rosa “Ya
bu!” Katanya . Hari ini keluarganya juga memberi kado kepada Rosa. Lalu rosa
menancapkan lilin berangka 9 pada kue ulang tahunnya . Semua pintu diberi tirai
yang bertuliskan Happy Birthday. Setelah semua slesai semua ganti baju. Lalu
duduk dan menunggu teman rosa yang di undang dia. Pukul 13:00 Sisi datang
bersama Risa membawa kado. Lalu Sisi dan Risa masuk.” Hai Sisi dan Risa ,
datang paling cepat ya!” kata Rosa” Iya, ini, aku dan Risa membawa kado untuk
kamu! Selamat ultah ya! “kata Sisi”iya!
Selamat ultah!” Sambung Risa. Lalu sisi dan risa meletakkan kado di atas meja
khusus kado, Lalu disusul yang lainnya “ Selamat Ulang Tahun Rosa” kata semua
teman Rosa yang datang dan keluarganya. Lalu semua memnyanyikan lagu Selamat
ulang tahun. Semua menyanyikannya dengan sangat merdu. Lalu menyanyikan lagu
tiup lilinnya. Rosa meniup lilin, lalu semua bersorak “HORE……!!!” kata semua.
Setelah itu rosa memotong kue raksasanya yang bertingkat 3 pertama dia memotong
untuk Ibunya, kedua untuk Ayahnya, ketiga untuk kakaknya, keempat untuk Rosa,
kelima untuk adiknya, keenam untuk Sinta, Lalu seterusnya, setelah itu makanan
berikutnya. “Rosa makanannya enak sekali, aku suka! Kamu beli dimana? “Tanya Tasya.”
Enak ya? Aku nggak beli, tapi itu buatan ibuku kok! Kamu nggak haus? Aku
ambilin minum ya!” Jawab Rosa.” Haus” kata Tasya.” hingga di akhir pesta
ulangtahun Rosa selesai, Rosa berkata, aku bahagia di hari ulang tahunku ditahun ini Terima kasih semua.
TAMAT
Link Download Lagu Blotymama
Comments
Post a Comment