Contoh Proposal Riset
Komunikasi (Kuantitatif) yang disetujui Dikti tahun 2005
Oleh: Rachmat
Kriyantono (ada beberapa tambahan penyesuaian dari MCL)
1.
Judul: Korelasi antara Tingkat Kognitif
tentang AIDS dengan Frekuensi Penggunaan Narkoba pada Remaja di Surabaya
2.
Latar Belakang Masalah
Narkoba
merupakan penyebab utama penyakit menakutkan dan mematikan, yaitu AIDS. Seperti
dalam cuplikan berita Jawa Pos,
Selasa 17 Februari 2004 halaman 11 berikut:”Dari
pemeriksaan yang pernah dilakukan, ternyata sekitar 93% pasien positif HIV
lebih banyak karena jarum suntik pada pengguna narkoba” (Judul Berita: Perikssa
Gratis di Pokdisus AIDS). Penggunaan narkoba ini dinilai sebagai paling
berisiko yaitu 62,50 persen. Angka ini paling tinggi disbanding penyebab
HIV/AIDS lainnya yang terjadi karena homoseksual (12,5%), heteroseksual
(15,63%), congenital (waria) sebesar
3,12% dan tato sebesar 6,2%.
Virus
HIV (Human Immunodeficiency Virus)
jika hidup dan berkembang akan menyebabkan penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome), yaitu penyakit yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia. Jika seseorang terserang penyakit ini, maka
sistem kekebalan tubuhnya melemah sehingga tidak dapat menahan serangan
penyakit yang masuk ke dalam tubuh. Gejala awal si penderita adalah
batuk-batuk, nafas sesak, sulit menelan makanan, cepat bingung dan pelupa,
diare terus menerus, demam, penglihatan kabur, cepat lelah, berat badan terus
menurun, dan sering sakit kepala (www.aidsinfo.nih.gov/ed_resources).
Catatan
yang dimuat Jawa Pos (15 Mei 2005)
menyebutkan bahwa dalam lima tahun terakhir di Indonesia, diprediksi jumlah
pengguna narkoba meningkat rata-rata 28,9% per tahun. Pada tahun 2004, jumlah
pengguna mencapai 3,2 juta orang atau mencapai 5% dari jumlah penduduk
Indonesia. Para pengguna pun semakin bervariasi latar belakang pendidikan,
pekerjaan, tingkat ekonomi, dan lainnya. Bukan hanya remaja namun juga orang
tua, swasta maupun PNS (Pegawai Negeri Sipil).
Aparat
sebenarnya sudah bertindak tegas. Seperti cuplikan berikut ini: “…Kemarin,
polisi kembali menggrebeg sarang narkoba. Hasilnya: seorang Bandar gede (bade)
tewas tertembak, 0,5 kg sabu-sabu disita berikut uang yang diduga hasil transaksinya” (Berita Jawa
Pos, Sabtu 17 Januari 2004: “Dor …Bode itu pun tewas”). Di Serang Banten,
polisi menggrebeg pabrik ekstasi dan sabu-sabu terbesar ketiga di dunia pada
Nopember 2005. Pabrik ini beromset Rp 100 milyar per minggu atau Rp 5 trilyun
per tahun (Jawa Pos, 13 November 2005, hal 12).
Salah
satu cara untuk menanggulangi narkoba dan AIDS ini, adalah dengan cara
mensosialisasikan tentang bahaya narkoba dan pentingnya untuk menjauhinya dan
mengingatkan bahwa penyebab utama AIDS adalah narkoba. Disini media mempunyai
peran penting sebagai agen sosialisasi.
3.
Perumusan Masalah
a. Apakah
media massa menjadi sumber informasi tentang AIDS yang banyak digunakan
khalayak?
b. Adakah
hubungan antara tingkat kognisi tentang AIDS dengan frekuensi konsumsi narkoba
pada remaja di Surabaya.
4.
Tujuan Penelitian
a. Untuk
mengetahui bahwa media massa menjadi sumber informasi tentang AIDS yang banyak
digunakan khalayak.
b. Untuk
mengetahui hubungan antara tingkat kognisi tentang AIDS dengan frekuensi
konsumsi narkoba pada remaja di Surabaya.
5.
Manfaat Penelitian
a. Guna
teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk
memperkaya ilmu komunikasi khususnya tentang kajian media yaitu efek media
massa dari sudut pandang khalayak.
Secara akademis penelitian ini
diharapkan dapat memberi dan menambah serta memperluas aspek-aspek teoretis
komunikasi melalui varian varian baru yang dapat menunjang penelitian sejenis.
b. Guna
praktis :
Menjadi acuan konseptual dalam memahami
media massa menjadi sumber informasi khususnya tentang AIDS dimana efek atau
akibat yang tidak diinginkan ini dapat terjadi karena adanya sikap berat
sebelah dalam proses seleksi atau juga karena kesalahpahaman interpretasi.
6.
Tinjauan Pustaka
a.
Uses
And Gratifications
Pendekatan Uses and Gratifications mengasumsikan audience merupakan khalayak aktif dan
mengarah pada satu tujuan. Media hanyalah dianggap sebagai salah satu cara
untuk memenuhi kebutuhannya dan individu dapat saja memenuhi kebutuhannya itu
melalui media atau cara lain (Littlejohn, 1990:600).
Menurut para penemunya,
Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael Gurevitch, Uses and Gratifications meneliti asal mula kebutuhan secara
psikologis dan social, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau
sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan (atau keterlibatan
pada kegiatan lain) dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain,
barangkali termasuk juga yang tidak diinginkan (Blumler dan Katz, dalam Rkhmat,
1994: 205).
Penelitian ini
menggunakan teori Uses and Gratifications
sebagai salah satu landasannya karena penelitian ini meneliti efek media massa
dari sudut pandang khalayak. Elemen yang diteliti dalam penelitian ini adalah
elemen “pola terpaan media yang berlainan” dan “akibat-akibat lain (yang
seringkali tidak diharapkan) dari penggunaan media” seperti halnya pembentukan
atau perubahan sikap, yang seringkali bukan merupakan tujuan utama seseorang
dalam mengkonsumsi media. Efek atau akibat yang tidak diinginkan ini dapat
terjadi karena adanya sikap berat sebelah dalam proses seleksi atau juga karena
kesalahpahaman interpretasi (McQuail, 2000: 73).
b. Tingkat
Kognisi
Dalam proses
komunikasi, kognisi atau pengetahuan sering dipandang sebagai salah satu hasil
akhir atau tujuan yang terpenting. Lawrence Kincaid dan Wilbur Schramn (1987:
115) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan wujud dari kenyataan atau
kebenaran, informasi dan prinsip-prinsip yang dimiliki oleh umat manusia.
Seseorang mengetahui berarti ia mengamati secara langsung, memiliki pengalaman,
mengenali, atau sudah biasa terhadap sesuatu hal, menginsyafi kesamaan dengan
sesuatu yang sudah lebih dulu diketahui, memahami, meyakini, atau merasa pasti
serta menyadari kebenaran tentang sesuatu hal.
Berdasarkan hal
tersebut, Abdillah Hanafi (2010) mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan atau
kognisi adalah tingkat keluasaan pengetahuan sumber mengenai apa yang
dibicarakan yang juga akan mempengaruhi pesan-pesan yang disampaikan. Seseorang
tidak dapat mengkomunikasikan apa yang ia tidak ketahui, seseorang tidak dapat
berkomunikasi dengan efektif mengenai hal-hal yang tidak ia mengerti.
Pengetahuan mengenai proses komunikasi dapat juga mempengaruhi perilaku sumber.
c. Teori
Informasi
Konsep dasar teori
informasi adalah berasal dari Claude Shannon dan Warren Weaver dalam buku The Mathematical Theory of Communication.
Menurut teori ini, informasi adalah jumlah ketidakpastian yang dapat diukur
dengan cara mereduksikan sejumlah alternative pilihan yang tersedia. Informasi
berkaitan dengan situasi yang tidak pasti. Semakin tidak pasti suatu situasi,
maka semakin banyak pula alternative (baca: informasi) yang dapat digunakan
secara berturut turut dan bertumpang tindih (reduktif) untuk mengurangi
ketidakpastian tersebut. Informasi adalah sesuatu yang mengurangi
ketidakpastian akan sesuatu (Sendjaja, 1998:84).
Littlejohn (1998)
mengupas bahwa informasi adalah pengukuran ketidakpastian atau entropi dalam
suatu situasi. Semakin besar ketidakpastian maka semakin banyak informasi yang
dibutuhkan. Bila suatu situasi dapat diperkirakan seluruhnya, maka tidak ada
informasi yang tersaji. Kondisi ini disebut juga dengan istilah mengentropi.
Dengan kata lain, suatu situasi dengan mana seluruhnya kita kenal, berarti
tidak memiliki informasi baru bagi kita.
Untuk mengurangi
ketidakpastian, dibutuhkan paling sedikit dua altrnatif pilihan, sebab jika
hanya satu yang diperlukan berarti namanya sudah pasti. Littlejohn
menguraikannya: “Information can be
thought of as the number of choices, or alternatives, available to person in
predicting the outcame or situation. In a complex situation of many possible
outcomes, more information is available than in a simple situation withfew
outcomes” (Sejumlah pilihan, alternative yang tersedia bagi seseorang untuk
memprediksi hasil dalam suatu situasi. Dalam situasi yang kompleks dimana
banyak kemungkinan hasilnya, lebih banyak informs bias didapatkan disbanding
dalam situasi yang sederhana dengan sedikit hasil).
d. Sumber
Informasi
Informasi yang diterima
oleh seseorang tidak hanya berasal dari satu sumber saja. Informasi dapat
diperoleh dari pengamatan individual, percakapan dengan orang lain, dari media
massa, dan lain sebagainya. Sumber informasi di masyarakat terbagi menjadi dua
jenis, yaitu sumber informasi dari saluran interpersonal, dan sumber
informasi dari saluran media massa
(Jahi, 1989: 109).
Ada
pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan seseorang dalam menggunakan suatu
sumber informasi, yang salah satunya adalah sikap terhadap karakteristik sumber
tersebut. Karakteristik sumber ini, oleh Alexis S Tan disebutkan antara lain
adalah : pertama, kredibilitas, dapat
atau tidaknya sebuah sumber dipercaya tergantung pada keahlian dan kejujuran. Kedua, daya tarik, penerima informasi
cenderung tertarik bila sumber memiliki kesamaan, keakraban, disukai, dan
menarik secara fisik. Ketiga, kekuasaan,
sumber informasi efektif mengubah perilaku penerima informasi karena ia
memiliki kemampuan mengubah control, kemampuan memperhatikan apakah penerima
informasi tunduk atau tidak, kemampuan meneliti apakah penerima informasi
tunduk atau tidak (Tan, 1981: 104).
7.
Kerangka Berpikir
X Y![]() |
8.
Hipotesis
Terdapat
hubungan antara tingkat kognisi tentang AIDS dengan frekuensi konsumsi narkoba
pada remaja.
9.
Metode Penelitian
a. Metode
dan lokasi penelitian
Metode yang digunakan
adalah survey, yaitu meneliti
populasi yang relatif luas dengan cara menentukan sampel yang mewakili
(representative) dari populasi yang diteliti. Metode survey ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner (Singarimbun,
1995: 9).
Lokasi penelitian ini
dilakukan pada siswa SMA di Surabaya dengan asumsi bahwa jumlah pengguna
narkoba di Surabaya cukup besar dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa
Timur (Jawa Pos, 15 Mei 2005).
b. Populasi
dan sampel
Populasi dalam
penelitian ini adalah remaja di Surabaya yang berusia antara 15 sampai dengan
25 tahun dan mengkonsumsi narkoba. Untuk membatasi penelitian, peneliti memilih
siswa SMA di Surabaya. Jumlah pengguna narkoba di seluruh Indonesia saat ini
diperkirakan sejumlah 3,2 juta orang (Jawa Pos, 15 Mei 2005). Karena tidak ada
kerangka sampel pengguna narkoba di Surabaya adalah sekitar 200.000 orang.
Karena jumlah populasi yang cukup besar tersebut, maka ditentukan sejumlah
sampel yang akan diteliti sebagai responden dengan menggunakan rumus Taro
Yamane (Rakhmat, 2001: 82), dan terpilih 100 orang.
Selanjutnya,
pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive
sampling, karena responden haruslah mereka yang mengkonsumsi narkoba
minimal dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Disini responden dijamin
kerahasiaan identitasnya untuk memudahkan pencarian data.
c. Jenis
data dan teknik pengumpulan data
Jenis atau tipe
penelitiannya adalah jenis penelitian eksplanatif, karena merupakan penelitian
yang berusaha menjelaskan korelasi antara suatu gejala sosial satu (variabel x)
dengan gejala sosial lain (variabel y), sekaligus menjawab mengapa itu terjadi
melalui pengujian hipotesis (Berger, 2000).
Data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi data primer yaitu data yang secara langsung
diperoleh dari responden yaitu berupa skor hasil jawaban responden remaja
pengguna narkoba di Surabaya mengenai tingkat kognisi tentang AIDS dengan
frekuensi konsumsi narkoba.
Sedangkan teknik
pengumpulan data berupa angket, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan
membuat daftar pertanyaan yang terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan
data primer dari seluruh responden. Selain itu digunakan juga teknik
pengumpulan data berupa dokumentasi, yaitu suatu cara mengumpulkan data dengan
melihat, mengutip dan menggunakan data, laporan dan catatan-catatan milik
lembaga terkait yang berhubungan dengan pembahasan sebagai tambahan data untuk
memecahkan masalah.
d. Instrumen
pengumpulan data
Instrumen untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah angket atau daftar pertanyaan
yang disusun guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Seluruh jawaban
responden yang terkumpul adalah jawaban yang telah diberi skor untuk setiap
item jawaban.
Dalam rangka memperoleh
data yang sesuai dengan keperluan dalam penelitian ini digunakan teknik
penskalaan pengukuran skala Likert dengan lima angka dimana responden diminta
memberi tanggapan atas pertanyaan yang diberikan. Cara pengukurannya dinyatakan
dengan memberikan jawaban. Adapun skor dari setiap jawaban adalah sebagai
berikut :
1. Jawaban
a diberi skor 5
2. Jawaban
b diberi skor 4
3. Jawaban
c diberi skor 3
4. Jawaban
d diberi skor 2
5. Jawaban
e diberi skor 1
e. Definisi
operasional variabel
Selanjutnya masing-masing konsep
dioperasionalkan sebagai berikut untuk memudahkan pengukurannya:
Variabel X (independen).atau tingkat
kognitif tentang AIDS adalah ……
Variabel Y (dependen) atau frekuensi
penggunaan narkoba adalah ………
f. Analisis
data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis hubungan untuk mengetahui derajat
hubungan diantara variabel-variabel penelitian. Untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan tes statistic
Chi-Kuadrat. Rumus ini digunakan untuk mengetahui korelasi antara dua variabel
ordinal.
10.
Jadwal Penelitian
|
No.
|
Kegiatan
|
Waktu/Bulan
|
||||||||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
13
|
||
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
|
Persiapan
Pengumpulan
data
Pengolahan
data
Penulisan
laporan
Konsulatsi
Revisi/Perbaikan
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
x
|
X
|

Comments
Post a Comment