1.
Judul
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan Direktur Utama Terhadap Motivasi
Kerja Karyawan di UD Fajar Baru Kusuma.
2.
Latar Belakang
Perubahan lingkungan organisasi
saat ini yang semakin kompetitif, mengharuskan setiap organisasi dan perusahaan
untuk bersikap lebih responsif agar dapat bertahan dan terus berkembang. Untuk
mendukung perubahan yang ada di setiap organisasi maka yang diperlukan adalah
perubahan dari individu. Keselarasan antara perubahan organisasi dan perubahan
individu memang bukan hal yang mudah. Dalam sebuah organisasi pemimpin
merupakan sebuah panutan, sehingga perubahan yang harus dilakukan dimulai dari
tingkat yang paling atas yaitu pemimpin. Sebuah
organisasi membutuhkan seorang pemimpin yang mampu menjadi motor
penggerak yang mendorong perubahan organisasi menjadi lebih baik.
Kepemimpinan
adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan dan
antusias (Werther, 1992: 342).
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi para bawahannya untuk bertindak
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan atau organisasi. Pemimpin juga
harus memberikan wawasan, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan dari bawahannya.
Pemimpin yang efektif adalah
pemimpin yang mengetahui kinerja karyawannya dan tahu peranan setiap kinerja
dari karyawannya. Setiap individu memiliki keinginan dan cara kerja yang
berbeda-beda. Seorang pemimpin juga harus fleksible dalam memahami potensi
kinerja dari karyawannya dan segala permasalahan yang dihadapi karyawannya.
Melalui cara pendekatan seorang pemimpin dapat menerapkan segala peraturan dan
kebijakan organisasi serta membagi tugas dan tanggung jawab dengan tepat. Hal
tersebut merupakan usaha untuk menumbuhkan komitmen organisasi dari diri
karyawan. Sehingga pemimpin dapat meningkatkan kepuasan karyawan terhadap
pekerjaannya serta dapat menjadi motivasi kerja bagi karyawan.
Kepemimpinan diwujudkan melalui gaya kerja (operating
style) atau cara bekerja sama dengan orang lain yang konsisten.
Melalui apa yang dikatakan (bahasa) dan apa yang diperbuatnya (tindakan),
seseorang dalam membantu orang lain untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Cara seseorang berbicara dan bersikap kepada yang lainnya merupakan suatu gaya
kerja atau gaya kepemimpinan. Gaya
kepemimpinan mempunyai hubungan yang positif terhadap motivasi kerja
para pegawai. Teori Path-Goal (Evans, 1970;
House & Mitchell, 1974 dalam Yulk, 1998: 199) mengatakan bahwa pemimpin
mendorong kinerja yang lebih tinggi dengan cara memberikan kegiatan-kegiatan
yang mempengaruhi bawahannya agar percaya bahwa hasil yang berharga bisa
dicapai dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Keyakinan seseorang dapat berubah pada saat mereka sedang
pada situasi konflik (keseimbangan)
(Festinger, 1957: 4). Leon Festinger menggunakan teori
disonansi kognitif (cognitive dissonance theory),
perasaan tidak seimbang yang terjadi ketika seseorang
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan konsep yang dia ketahui sebelumnya. Dimana
seseorang akan merasa tidak nyaman dengan pekerjaan yang ia lakukan sehingga ia
berbuat sesuatu yang membuat perusahaan sulit untuk mencapai tujuannnya.
Akibatnya ia akan melakukan pembangkangan dengan pekerjaannya atau dia bisa
keluar dari perusahaan tersebut dan mencari perusahaan lain yang sesuai dengan
konsep yang ia ketahui.
Peneliti
dahulu (Abdullah Latief, 2013: 9) tentang “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Pegawai”, suatu studi pada staff Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Sultan Amai
Gorontalo. Hipotesis pertama pada penelitian tersebut menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan berpengaruh terhadap kinerja pegawai staf administrasi Fakultas
Tarbiyah IAIN Sultan Amai Gorontalo. Pada penelitian ini
menggunakan teori situasional sedangkan penelitian yang akan dilakukan di UD
Fajar Baru Kusuma yaitu teori disonansi kognitif.
Bahwa
pekerja yang menerima penghargaan dari penyelia
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian mereka sendiri akan lebih puas
(Blakely, 1994: 44). Hal ini dapat menjadi salah satu
motivasi bagi karyawan dalam bekerja. Sedangkan salah satu sumber yang
menjadikan karyawan tidak semangat dalam bekerja diantaranya adalah sistem
imbalan yang dianggap tidak adil menurut pegawai tersebut. Gaji yang diterima
oleh setiap karyawan merupakan cerminan dari perbedaan tanggung jawab,
pengalaman, kecakapan maupun senioritas. Selain itu, perlakuan yang tidak sama
dalam reward maupun punishment, tidak adanya penghargaan
atas pengalaman dan keahlian serta jenjang karir yang tida dirancang dengan
benar dapat menimbulkan sikap apatis dalam bekerja karena tidak memberikan
harapan lebih baik di masa depan. Itulah beberapa hal yang membuat seorang
pegawai menjadi tidak termotivasi dalam bekerja.
Peran kepemimpinan atasan dalam memberikan kontribusi
pada karyawan untuk pencapaian kerja yang optimal dilakukan melalui lima cara
(Bass, 1990: 24). Pertama, pemimpin mengklarifikasi apa yang diharapkan dari
karyawannya, secara khusus tujuan dan sasaran dari kinerja mereka. Kedua,
pemimpin menjelaskan bagaimana harapan tersebut. Ketiga, pemimpin mengemukakan
kriteria dalam melakukan evaluasi dari kinerja secara efektif. Keempat,
pemimpin memberikan umpan balik ketika karyawan telah mencapai sasaran. Kelima,
pemimpin mengalokasikan imbalan berdasarkan hasil yang telah mereka capai. Jadi
kinerja karyawan tidak lepas dari peran pemimpinnya, apapun yang menjadi tujuan
dari sebuah organisasi dapat tercapai asalkan pemimpinnya mau memberikan reward yang sesuai.
Agar
aktivitas manajemen berjalan dengan baik, perusahaan harus memiliki karyawan
yang berpengetahuan dan berketrampilan tinggi serta usaha untuk mengelola
perusahaan semaksimal mungkin. Menurut (Budi Setiyawan
dan Waridin, 2006:
181) kinerja
karyawan merupakan hasil atau prestasi kerja karyawan yang dinilai dari segi
kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang ditentukan oleh pihak
organisasi.
Karyawan
dituntut untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif dan
efisien. Kinerja karyawan dinilai dari kepuasan konsumen, semakin rendah
komplain atau keluhan yang diterima dari perusahaan maka sebuah perusahaan akan
semakin berhasil dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut. Pemimpin dapat
menjadi motivator untuk karyawan dalam bekerja. Jika karyawan termotivasi untuk
bekerja efektif dan efisien maka perusahaan akan semakin maju.
Motivasi adalah dorongan, upaya dan keinginan yang ada
di dalam diri manusia yang mengaktifkan, memberi daya serta mengarahkan
perilaku untuk melaksanakan tugas-tugas dengan baik dalam lingkup pekerjaannya
(Abdul, 2006: 165). Moekijat, 2001 (dalam Abdul, 2006: 170) juga mengatakan,
“Motivasi sebagai
proses yang bermula dari kekuatan dalam hal fisiologis dan psikologis atau
kebutuhan yang mengakibatkan perilaku atau dorongan yang ditujukan pada sebuah
tujuan atau insentif.”
Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja menunjukkan
hasil yang sama bahwa hubungan antara motivasi dengan kinerja karyawan
menunjukkan hubungan positif dan signifikan.
UD Fajar
Baru Kusuma merupakan salah
satu perusahaan maupun organisasi yang bergerak dalam bidang distributor yang
berada di Semarang, Jawa Tengah. Organisasi ini mempunyai cara tersendiri dalam
mengalirkan sebuah informasi dalam organisasinya. Informasi-informasi ini
tentunya sangat bermanfaat untuk keberlangsungan organisasi. Berdiri sejak 1986
organisasi ini mampu bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan besar yang berada
di pusat. Tidak hanya membawahi bahan-bahan bangunan saja namun telah merambah
bidang elektronik juga.
Pelaksanaan dalam
organisasi ini memiliki cara tersendiri agar karyawannya memiliki motivasi yang
tinggi dalam memajukan organisasi tersebut. Diantaranya diadakannya gathering
yang bersifat non formal seperti outbound, semua ini tentunya untuk meningkatkan kerjasama antar karyawan di organisasi tersebut. Dan tentunya dapat meningkatkan
pula hubungan antara manajer dan karyawan, pimpinan dengan karyawan,
karyawan dengan karyawan.
Dari perkembangan yang telah diraih oleh
UD Fajar Baru Kusuma
dalam menambahkan divisi elektronik
yang di pimpinnya menjadi bukti bahwa
UD Fajar Baru Kusuma telah menjalankan fungsinya untuk memberikan pelayanan terbaik sebagai perusahaan distributor.
Disamping keberhasilan yang ditoreh oleh UD Fajar Baru Kusuma
ternyata terdapat pula faktor negatif yang dapat
menurunkan kinerja karyawan, diantaranya kurangnya ketepatan waktu dalam
penyelesaian pekerjaan sehingga kurang menaati peraturan, pengaruh yang berasal
dari lingkungannya, upah yang tidak sesuai, teman kerja yang kurang pro. Hal
ini merupakan faktor yang menurunkan kinerja di UD Fajar Baru Kusuma. Untuk
meningkatkan kembali kinerja karyawan perlu adanya gaya kepemimpinan yangbaik
dari pimpinan, hal yang mampu membuat motivasi kerja bagi karyawan, dan
disiplin kerja yang baik.
Berdasarkan data dari
HRD, semenjak tahun 2010 sampai
sekarang banyak karyawan yang keluar dan banyak pula karyawan yang sering
sering tidak hadir bekerja. Hampir 40% karyawan yang beralasan tidak bisa hadir
bekerja setiap tahunnya. Tahun 2014 saja angka ketidak hadiran karyawan
meningkat sekitar 3% dari tahun 2013. Seharusnya sebuah perusahaan mampu menurunkan angka
ketidakhadiran karyawan agar tujuan dari perusahaan tersebut tercapai. Hal ini
perlu diperhatikan bagi perusahaan dan bisa menjadi bahan koreksi bagi sebuah
perusahaan khususnya apakah gaya kepemimpinan yang diterapkan sekarang sesuai
dengan teori kepemimpinan yang baik.
Semakin tahun
banyak karyawan yang masuk dan banyak pula yang keluar dari perusahaan. Dilihat
dari angka yang masuk dan angka yang keluar memang jauh berbeda, sehingga
masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan tersebut belum selesai. Kurangnya
komunikasi mampu membuat ketidaknyamanan bagi seorang karyawan. Untuk itulah
sosok seorang pemimpin yang baik dan adil sdangat diperlukan di suatu
perusahaan. Seorang pemimpin juga harus mempelajari gaya kepemimpinan yang baik
untuk bisa mengajak karyawan agar bisa bekerja sesuai yang diharapkan sehingga
tujuan dari sebuah perusahaan dapat tercapai.
UD Fajar Baru Kusuma
juga menyadari bahwa tantangan terbesar dalam organisasi adalah menjalinnya komunikasi internal dengan baik. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan yang baik tentunya akan menjadi motivasi bagi karyawannya dalam melakukan kinerja yang
baik pula. Sebagaimana pesan diciptakan,
ditampilkan dan diinterpretasikan, tetapi hal tersebut belum maksimal.
Dengan pemikiran bahwa gaya kepemimpinan sangat penting dalam suatu organisasi, dan besar pengaruhnya dalam kemajuan organisasi tersebut,
maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Motivasi Kerja di UD Fajar Baru Kusuma”
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,
penulis menemukan beberapa permasalahan komunikasi yang terjadi, yaitu :
Apakah ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap motivasi kerja
di UD Fajar Baru Kusuma?
4. Tujuan Penelitian
Tujuan yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan
yang ada di UD Fajar Baru Kusuma dalam memotivasi kerja karyawannya.
5. Manfaat Penelitian
5.1 Manfaat Teoritis
Untuk menambah ilmu pengetahuan dan memperluas wawasan khususnya gaya kepemimpinan dalam suatu organisasi. Dengan menggunakan teori disonansi kognitif (cognitive dissonance theory) menjelaskan
bahwa persaan tidak seimbang yang terjadi ketika seseorang melakukan sesuatu
yang tidak sesuai dengan konsep yang dia ketahui sebelumnya.
5.2 Manfaat Praktis
5.2.1
Bagi Peneliti
Mampu memberikan manfaat dalam menggunakan teori yang diajarkan diperkuliahan dalam praktek perkuliahan nyata di lapangan.
5.2.2 Bagi Instansi
Mampu memberikan referensi dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi pada UD Fajar Baru Kusuma
yang berkaitan dengan gaya kepemimpinan
yang mampu meningkatkan kinerja karyawannya.
6.
Tinjauan Pustaka
6.1
Teori Disonansi Kognitif
Merupakan salah satu teori yang digunakan untuk berusaha
mengerti dan menjelaskan fenomena yang luas tetapi teori ini berbeda dari
teori-teori yang lain karena ciri-ciri berikut ini :
-
Teori
ini bertujuan untuk menjelaskan tingkah laku kognitif yang secara umum dan
bukan teori dari tingkah laku sosial
-
Teori
ini mempengaruhi penelitian pada psikologi sosial dengan lebih dramatis dari
teori-teori lainnya.
Dasar teori
ketidaksesuaian kognisi sangat sederhana yaitu :
-
Mungkin
ada hubungan yang “tidak sesuai” antara elemen kognisi yang menyebabkan
ketidaksesuaian kognisi
-
Ketidaksesuaian
kognisi menghasilkan tekanan untuk mengurangi ketidak sesuaian dan untuk
menghindari perkembangannya
-
Akibat
dari tekanan tersebut diwujudkan dengan mengadakan perubahan dalam kognisi,
perubahan tingkah laku dan menyeleksi serta opini baru
Teori disonansi kognitif adalah penjelasan mengenai
bagaimana keyakinan dan perilaku mengubah sikap (Festinger, 1957: 6). Menurut
Leon Festinger teori ini berfokus pada efek inkonsistensi yang ada diantara
kognisi-kognisi. Berikut ini beberapa asumsi tentang teori disonansi kognitif.
-
Manusia
memiliki hasrat akan adanya konsistensi pada keyakinan, sikap, dan perilakunya.
Teori ini menekankan sebuah model mengenai sifat dasar dari manusia yang
mementingkan adanya stabilitas dan konsistensi
-
Disonansi
diciptakan oleh inkonsistensi biologis. Teori ini merujuk pada fakta-fakta
harus tidak konsisten secara psikologis satu dengan lainnya untuk menimbulkan
disonansi kognitif
-
Disonansi
adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan suatu tindakan
dengan dampak-dampak yang tidak diukur. Teori ini menekankan seseorang yang
berada dalam disonansi memberikan keadaan yang tidak nyaman, sehingga ia akan
mengeluarkan tindakan untuk keluar dari ketidaknyamanan tersebut
-
Disonansi
akan mendorong usaha untuk memperoleh kosonansi dan usaha untuk mengurangi
disonansi. Teori ini beranggapan bahwa rangsangan disonansi yang diberikan akan
memotivasi seseorang untuk keluar dari inkonsistensi tersebut dan
mengembalikannya pada konsistensi
Terdapat
dua macam hubungan antar elemen (Festinger, 1957 dalam Shaw and Contanzo, 1982:
105), diantaranya :
-
Hubungan
tidak relevan (irrelevant), yaitu
tidak adanya kaitan antara dua elemen kognitif
-
Hubungan
relevan, yaitu hubungan yang terkait sehingga salah satu elemen mempunyai
dampak terhadap elemen lainnya. Hubungan ini terdiri dari dua macam, yaitu :
a.
Disonan,
jika dari kedua elemen kognitif, satu elemen diikuti penyangkalan (observe) dari elemen lainnya
b.
Konsonan,
terjadi ketika dua elemen bersifat relevan dan tidak disonan, dimana satu
kognisi diikuti secara selaras
6.2
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah hubungan yang ada dalam diri
seseorang atau pemimpin, mempengaruhi orang lain untuk bekerja secara sadar
dalam hubungan tugas untuk mencapai tujuan yang diinginkan, menurut George R.
Terry (dalam Sutarto, 1998: 17). Pemimpin adalah seseorang yang mampu
mengendalikan orang lain untuk mencapai tujuan dari suatu organisasi.
Kepemimpinan yang ditetapkan oleh seorang manajer dalam organisasi dapat
mendorong gairah kerja karyawan untuk mencapai sasaran yang maksimal.
Dalam sebuah organisasi, faktor kepemimpinan memegang
peranan yang penting karena pemimpin adalah seseorang yang akan menggerakkan
dan mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan meski bukanlah tugas yang
mudah. Dikatakan tidak mudah karena setiap karyawan yang dibawahi memiliki
perilaku yang berbeda-beda. Dan seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi
karyawannya untuk bisa memberikan pengabdian dan partisipasinya kepada
organisasi secara efektif dan efisien. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain, dalam hal ini para bawahannya sedemikian rupa
sehingga orang lain itu mau melakukan kehendak pimpinan meskipun secara pribadi
hal itu mungkin tidak disenangi (Sondang, 2002: 173).
Definisi
lainnya mengenai kepemimpinan menurut (Marwansyah
dan Mukaram,
2002:
167) adalah sebagai berikut:
“Kepemimpinan
adalah suatu aktivitas yang berkelanjutan, diarahkan untuk menimbulkan dampak
pada perilaku orang lain, dan pada akhirnya difokuskan pada upaya untuk
mewujudkan tujuan-tujuan organisasi”
6.3 Karakteristik
Pemimpin
Karakteristik
pemimpin adalah sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugas kepemimpinannya. Terdapat empat karakteristik pemimpin yang
harus dimiliki oleh seorang pemimpin (Surindhia dan Widyanti dalam Abdul, 2006: 168)
diantaranya :
-
Pemimpin harus peka terhadap lingkungannya,
harus mendengarkan saran-saran dan nasehat dari orang-orang disekitarnya
-
Pemimpin harus menjadi teladan dalam
lingkungannya
-
Pemimpin harus bersikap dan bersifat
setia kepada janjinya, kepada organisasinya
-
Pemimpin harus mampu mengambil keputusan,
harus pandai, cakap dan berani setelah semua faktor yang relevan diperhitungkan
Teori
kepemimpinan berdasarkan ciri (traits
theory) menurut (Sondang, 2003: 212) mengemukakan ciri-ciri pemimpin,
diantaranya
:
-
Pengetahuan umum yang luas
-
Kemampuan untuk tumbuh dan berkembang
-
Kemampuan analitik
-
Sifat inkuisitif atau rasa ingin tahu
-
Kemampuan berkomunikasi secara efektif
-
Kemampuan menetukan skala prioritas
-
Rasionalitas
-
Keteladanan
-
Ketegasan
-
Orientasi masa depan
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemimpin harus memiliki keahlian dan
kemampuan yang lebih baik dibandingkan orang-orang yang dipimpin. Secara umum
seorang pemimpin harus memiliki beberapa karakteristik seperti, tanggung jawab
yang seimbang yaitu tanggung jawab dengan apa yang dilakukannya dan tanggung
jawab terhadap orang yang melaksanakan pekerjaan tersebut; model peranan yang
positif yaitu perilaku, tanggung jawab, atau prestasi yang diharapkan dari
seseorang yang memiliki posisi tertentu; memiliki ketrampilan komunikasi yang
baik yaitu pemimpin yang bisa menyampaikan ide-idenya secara ringkas dan jelas
serta dengan cara yang tepat; memiliki pengaruh positif; mempunyai kemampuan
untuk meyakinkan orang lain (Ismail, 2001: 170).
6.4 Fungsi
Kepemimpinan
Menurut
(Sondang, 2003: 220), fungsi- fungsi kepemimpinan yang
bersifat hakiki diantaranya :
-
Penentuan arah yang hendak ditempuh oleh
organisasi dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya.
-
Wakil dan juru bicara organisasi dalam
hubungan dengan berbagai pihak diluar organisasi, terutama dengan mereka yang
tergolong sebagai “stakeholder”
-
Komunikator yang efektif
-
Mediator yang handal, khususnya dalam
mengatasi berbagai situasi konflik yang mungkin timbul antara individu dalam
satu kelompok kerja yang terdapat dalam organisasi yang dipimpinnya
-
Integrator yang rasional dan objektif
Sedangkan
menurut (Rivai, 2004: 248), bahwa kepemimpinan berhubungan
langsung dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok/organisasi
masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada di dalam dan
bukan diluar situasi itu. Fungsi kepemimpinan sendiri dikelompokkan menjadi dua
dimensi diantaranya :
-
Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan (direction)
dalam tindakan atau aktivitas pemimpin
-
Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan
(support) atau keterlibatan
orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok
organisasi
Sedangkan
menurut Frunzi dan Savini (dalam Hidayat,
2002: 174)
terdapat lima fungsi kepemimpinan yang merupakan karakteristik kepemimpinan,
diantaranya :
-
Pengajaran, dengan memberikan pengarahan
khusus, saran dan bimbingan kepada karyawan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya
-
Konseling, dengan mewawancarai para
karyawan dan membantu mereka dalam menemukan jawabannya
-
Evaluasi, dengan melakukan pengawasan,
penilaian terhadap karyawan sebagai timbal-balik terhadap kinerja karyawan
-
Delegasi, dengan memberikan tugas,
tanggung jawab dan wewenang kepada karyawan yang dirasa kompeten
-
Pemberian imbalan, dengan menyediakan
pengakuan nyata maupun tidak nyata kepada karyawan yang sudah menyelesaikan
tugasnya dengan baik
6.5
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah bagaimana seorang pemimpin
melaksanakan fungsi kepemimpinannya dan bagaimana ia dilihat oleh mereka yang
berusaha dipimpinnya atau mereka yang mungkin sedang mengamati dari luar (Dale, 1992: 14). Gaya kepemimpinan adalah perilaku dan
strategi, ketrampilan, sikap, yang diterapkan seorang pemimpin ketika ia
mempengaruhi karyawannya. Sehingga dapat disimpulkan jika seorang pemimpin
adalah seseorang yang mampu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mendorong, dan
mengendalikan orang lain untuk bisa melakukan pekerjaan atas kesadarannya dalam
mencapai tujuan dari sebuah organisasi.
Setiap
pemimpin punya gaya kepemimpinan yang berbeda-beda antara satu dengan yang
lainnya, dan tidak semua gaya kepemimpinan lebih baik atau lebih jelek dari
gaya kepemimpinan yang lain. Gaya kepemimpinan menurut (Miftah Thoha, 2003: 303) adalah sebagai berikut:
“Gaya
kepemimpinan adalah suatu norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia
lihat”.
Menurut (Robins, 2006: 282) terdapat empat jenis gaya
kepemimpinan diantaranya:
a.
Gaya
kepemimpinan kharismatik
Karyawan akan mengamati perilaku-perilaku dari pemimpin
mereka yang luar biasa, sehingga memacu mereka untuk bekerja lebih baik lagi.
Terdapat lima karakteristik pokok pemimpin yang kharismatik:
-
Visi
dan artikulasi, yaitu seseorang yang mempunyai visi yang
ditujukan dengan sasaran yang ideal dan berharap masa depan lebih baik dari
sekarang, juga mampu mengklarifikasi pentingnya visi yang dapat dipahami oleh
orang lain.
-
Rasio personal, seorang pemimpin yang
kharismatik bersedia menempuh resiko personal tinggi, menanggung biaya besar,
dan terlibat ke dalam pengorbanan diri untuk meraih visi.
-
Peka terhadap lingkungan, seorang
pemimpin yang mampu menilai secara realistis kendala lingkungan dan sumber daya
yang dibutuhkan untuk membuat perubahan.
-
Kepekaan terhadap kebutuhan pengikut,
pemimpin yang kharismatik perseptif (sangat pengertian) terhadap kemampuan
orang lain dan responsive terhadap kebutuhan dan perasaan mereka.
-
Perilaku tidak konvensional, pemimpin
kharismatik terlibat dalam perilaku yang dianggap baru dan berlawanan dengan
norma.
b.
Gaya
kepemimpinan transaksional
Pemimpin
yang transaksional adalah pemimpin yang memandu atau memotivasi para pengikut
mereka menuju sasaran yang ditetapkan dengan memperjelas persyaratan peran dan
tugas. Gaya kepemimpinan ini lebih berfokus pada hubungan pimpinan-bawahan
tanpa adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya. Terdapat empat
karakteristik transaksional, diantaranya :
-
Imbalan kontingen, kontrak pertukaran
imbalan atas upaya yang dilakukan menjadikan imbalan atas kinerja baik,
menghakui percapaian.
-
Manajemen berdasar pengecualian (aktif),
melihat dan mencari penyimpangan dari aturan dan standar, menempuh tindakan
perbaikan.
-
Manajemen berdasar pengecualian (pasif),
mengintervensi hanya jika standar tidak dipenuhi.
-
Laisez-Faire,
melepas
tanggung jawab, menghindari pembuatan keputusan.
c.
Gaya
kepemimpinan transformasional
Pemimpin
yang transformasional adalah seorang pemimpin
yang mencurahkan perhatian pada hal-hal dan kebutuhan pengembangan dari
masing-masing pengikut. Juga mampu mengubah kesadaran para pengikut akan
persoalan-persoalan dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan
cara-cara baru, dan mampu menggairahkan, membangkitkan, dan mengilhami para
pengikut untuk mengeluarkan upaya yang lebih demi mencapai sasaran kelompok.
Pemimpin transformasional memiliki empat karakter, diantaranya:
-
Kharisma, memberikan visi dan rasa atas
misi, menanamkan kebanggaan, meraih kehormatan dan kepercayaan.
-
Inspirasi, mengkomunikasikan harapan
tinggi, menggunakan simbol untuk memfokuskan pada usaha, menggambarkan maksud
penting secara sederhana.
-
Stimulasi intelektual, mendorong
intelegensia, rasionalitas, dan pemecahan masalah secara berhati-hati.
-
Pertimbangan individual, memberikan
perhatian pribadi, melayani karyawan secara pribadi, melatih dan menasehati.
d.
Gaya
kepemimpinan visioner
Seorang pemimpin
yang visioner mampu menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realistis,
kredibel, dan menarik mengenai masa depanorganisasi atau unit organisasi yang
tengah tumbuh dan membaik disbanding saat ini. Visi ini jika diimplementasikan
secara tepat, mempunyai kekuatan yang besar sehingga bisa mengakibatkan
terjadinya lompatan awal ke masa depan dengan membangkitkan ketrampilan, bakat,
dan sumber daya untuk mewujudkannya.
Menurut Likert (dalam Wahjosumidjo, 1987:
35) terdapat empat gaya kepemimpinan yang dapat digunakan pemimpin didalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Berikut ini macam- macam
gaya kepemimpinan tersebut:
-
Gaya direktif yaitu gaya kepemimpinan
yang ditandai, pemimpin melakukan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
atas berbagai permasalahan yang dihadapi organisasi, dengan tidak melibatkan
para bawahannya, yang dilanjutkan dengan pemberian perintah kepada bawahannya.
-
Gaya konsultatif yaitu gaya kepemimpinan
yang ditandai, pemimpin melaksanakan proses diskusi atau konsultasi dengan
mendengarkan berbagai pertimbangan ataupun keluhan dari para bawahannya, yang
dilanjutkan dengan pengambilan keputusan dan pemecahan masalah oleh pemimpin.
-
Gaya partisipasif yaitu gaya
kepemimpinan yang ditandai, pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
-
Gaya delegatif yaitu gaya kepemimpinan
yang ditandai, pemimpin memberikan pelimpahan atau pendelegasian wewenang pada
bawahan, untuk membuat atau menetapkan pemecahan dalam suatu masalah, untuk
kemudian dilaksanakannya.
6.6
Motivasi
Menurut
(Robbins, 2008: 52) mengemukakan bahwa motivasi
adalah keinginan untuk melakukan sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat
upaya yang tinggi untuk tujuan-tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh
kemampuan upaya itu untuk memenuhi suatu kebutuhan individual.
Sedangkan
(Mangkunegara, 2011: 84) mengatakan motivasi adalah suatu
dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan atau mengerjakan suatu kegiatan
atau tugas dengan sebaik-baiknya agar mencapai prestasi.
Dapat
disimpulkan motivasi adalah kesediaan melakukan usaha tingkat tinggi guna
mencapai sasaran organisasi yang dikondisikan oleh kemampuan usaha tersebut
memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Menurut (Ridwan, 2002: 92) bahwa motivasi kerja dapat diukur
melalui indikator
sebagai berikut :
-
Upah/gaji yang layak, yang dapat diukur
melalui gaji yang memadai dan besarnya sesuai standar mutu hidup.
-
Pemberian insentif, yang diukur melalui
pemberian bonus sewaktu-waktu, rangsangan kerja, prestasi kerja.
-
Menempatkan pegawai pada tempat yang
sesuai, dalam hal ini diukur dengan seleksi sesuai kebutuhan, memperhatikan kemampuan,
memperhatikan pendidikan, memperhatikan pengalaman, memberikan pekerjaan sesuai
dengan kemampuan.
-
Menimbulkan rasa aman di masa depan,
seperti indicator penyelenggaraan jaminan hari tua, pembayaran pension,
pemberian perumahan.
-
Memperhartikan lingkungan tempat kerja,
yang diukur melalui tempat kerja yang nyaman, cukup cahaya, jauh dari polusi
dan bahaya.
-
Memperhatikan kesempatan untuk maju,
yang diukur dengan memberikan upaya pengembangan kursus, diklat.
Motivasi
atau dorongan kepada karyawan untuk bersedia bekerja bersama demi tercapainya
tujuan bersama ini terdapat dua macam (Wahjosumidjo, 1987: 54) diantaranya :
-
Motivasi finansial, dorongan yang
dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan yang biasa
disebut insentif.
-
Motivasi nonfinansial, dorongan yang
diwujudkan tidak dalam bentuk finansial/uang akan tetapi seperti pujian,
penghargaan, pendekatan manusia dan lain sebagainya.
6.7 Faktor
Motivasi
|
Pada teori Maslow memandang bahwa manusia pada
dasarnya melakukan tindakan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhannya. Maslow
mengemukakan kebutuhan manusia kudalam lima tingkatan (hierarki). Pada umumnya
manusia berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dari tingkat yang paling rendah
baru ke tingkay tang lebih tinggi.
![]() |
Gambar 1. Hierarki
Kebutuhan Menurut Maslow (Stoner dan Freeman, 1994: 243)
a. Kebutuhan
fisik atau fisiologis mencakup kebutuhan pokok manusia dalam mempertahankan
kelangsungan hidup seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan
b. Kebutuhan
rasa aman berwujud pada kebutuhan bebas dari ancaman baik fisik maupun
fisiologis, baik ditempat kerja ataupun diluar jam kerja
c. Kebutuhan
rasa memiliki atau sosialisasi mencakup rasa sayang, rasa memiliki dan diterima
dalam pergaulan maupun lingkungannya
d. Kebutuhan
penghargaan berhubungan dengan status yang mencakup akan penghargaan diri serta
pengakuan
e. Kebutuhan
aktualisasi diri berupa dorongan untuk menjadi yang diinginkan dengan
menggunakan kemampuan, ketrampilan dan potensi diri
Seorang
pemimpin harus memberikan perhatiannya kepada karyawan dan memberitahukan arti
penting dari tujuan suatu pekerjaan agar timbul minat karyawan terhadap
pelaksanaan kerja. Dengan demikian karyawan akan bekerja dengan motivasi tinggi
dan merasa puas terhadap hasil kerjanya. Menurut (Wardono, 2012: 165), dengan adanya motivasi diharapka
karyawan memiliki kemauan dan kemampuan yang lebih dalam bekerja sehari-hari,
sehingga kinerja karyawan dapat dikataka meningkat. Terdapat enam karakteristik
karyawan yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menurut (Mangkunegara, 2011: 119), diantaranya :
-
Memiliki tingkat tanggung jawab pribadi
yang tinggi
-
Berani mengambil dan memikul resiko
-
Memiliki tujuan yang realistik
-
Memiliki rencana kerja yang menyeluruh
dan berjuang untuk merealisasi tujuan
-
Memanfaatkan umpan baik yang konkret dalam
semua kegiatan yang dilakukan
-
Mencari kesempatan untuk merealisasikan
rencana yang telah diprogramkan
7.
Kerangka Pemikiran
![]() |
|||
|
|||
Gambar 2. Bagan kerangka berfikir
tentang kepemimpinan sebagai motivasi
- Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan dugaan (conjectural) tentang hubungan antara dua
variabel atau lebih (Kerlinger, 2004: 30). Berdasarkan kajian teori diatas maka
hipotesis yang dikembangkan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
H1 = Adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
motivasi kerja karyawan di UD Fajar Baru Kusuma
- Metodelogi
Penelitian
9.1
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian
survey. Menurut Kerlinger yang dikutip oleh (Sugiyono, 2004: 7)
penelitian suvey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun
kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relative, distribusi
dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis.
Sedangkan
variabel penelitian adalah sesuatu hal yang
dapat berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut untuk kemudian ditarik
kesimpulannya ( Sugiyono, 2004: 31). Variabel-variabel yang terdapat dalam
penelitian adalah sebagai berikut :
a. Variabel independen (X) / Variabel bebas
Variabel
yang mempengaruhi variabel lain, dimana pada penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah gaya
kepemimpinan (X).
b. Variabel dependen (Y) / Variabel tidak bebas
Variabel
yang dipengaruhi oleh variabel lainnya, di dalam hal ini yang menjadi variabel
dependen adalah motivasi kerja
(Y).
9.2
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan
UD Fajar Baru Kusuma yang bergerak pada bidang distributor pipa di Kawasan
Industri Candi Gatot Subroto, Krapyak, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja didasarkan pada pertimbangan bahwa UD Fajar Baru Kusuma
merupakan salah satu distributor terbesar yang memegang merk Maspion.
Perusahaan ini mempunyai manajemen yang cukup besar sehingga membutuhkan
kepemimpinan yang efektif. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahap yang
dilakukan pada bulan Mei sampai Oktober 2015. Tahap pertama yaitu pengumpulan
literatur. Tahap kedua yaitu penyusunan proposal penelitian. Tahap ketiga yaitu
pengumpulan data untuk pencapaian tujuan penelitian. Tahap keempat yaitu
pengolahan data sampai penyelesaian draft penelitian.
Dalam penelitian ini akan menggunakan
strategi sebagai berikut :
1. Menentukan
jumlah responden yang sesuai dengan karakteristik yang dibutuhkan dalam
penelitian.
2. Melakukan
survei terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian.
3. Menyebarkan
kuesioner kepada responden.
4. Mengolah
data sesuai dengan data yang diperoleh dilapangan.
9.3
Populasi dan Sampel
Populasi
merupakan subjek penelitian atau sesuatu yang ingin diteliti (Hidayat, 2007: 36). Sampel
adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2004: 73). Populasi pada penelitian ini yaitu karyawan UD
Fajar Baru Kusuma sejumlah 40 orang. Dalam penelitian ini tidak digunakan
teknik sampling karena sampel yang diteliti adalah keseluruhan dari populasi
yang ada atau disebut dengan sensus. (Sugiyono, 2008: 122)
mengatakan bahwa sensus adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Dikarenakan jumlah populasi yang sedikit (terbatas)
sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan sampel, sehingga jumlah sampel yang diambil sama
dengan jumlah populasinya yaitu keseluruhan karyawan UD Fajar Baru Kusuma yang
berjumlah 40 orang.
Kriteria kelompok responden yang
diperlukan dalam penelitian sebagai berikut :
1. Staff
kantor
2. Staff
gudang
3. Helper
4. Sopir
5. Sales
6. Tukang
tagih
7. Cleaning
servis
8. Satpam
Jumlah
karyawan di UD Fajar Baru Kusuma sebanyak 40 Orang dengan data sebagai berikut
:
|
No
|
Jabatan
|
Jumlah
|
|
1
|
Staff Kantor
|
8 Orang
|
|
2
|
Staff Gudang
|
8 Orang
|
|
3
|
Helper
|
4 Orang
|
|
4
|
Sopir
|
3 Orang
|
|
5
|
Sales
|
4 Orang
|
|
6
|
Tukang Tagih
|
6 Orang
|
|
7
|
Cleaning
Service
|
2 Orang
|
|
8
|
Satpam
|
5 Orang
|
Gambar
3. Data karyawan UD Fajar Baru Kusuma
9.4
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data
9.4.1
Jenis
Data
Data adalah segala sesuatu yang diketahui
atau dianggap mempunyai sifat bisa memberikan gambaran tentang suatu keadaan
atau persoalan (Supranto, 2001:
49).
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
-
Data Primer
Data primer yang digunakan pada
penelitian ini dari hasil pengisian kuisioner dengan cara menyebarkannya kepada
responden yaitu seluruh karyawan UD Fajar Baru Kusuma
-
Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
dari sumber kedua atau sumber sekunder. Data yang diperoleh dari data primer
penelitian terdahulu yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk seperti
table, grafik, diagram dan gambar, dan sebagainya sehingga menjadi informatif
bagi pihak lain -à menurut siapa????
9.4.2
Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi. Menurut Gibson, R.L & Mitchell,
M.H (dalam Anwar, 2012: 86) observasi adalah sebuah teknik yang bisa
dimanfaatkan untuk memilah-milah derajat dalam membuat konklusi tentang orang
lain.
b. Kuesioner. Menurut (Anwar, 2012: 189),
kuesioner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data
faktual atau opini yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta
atau kebenaran yang diketahui dan perlu dijawab oleh responden.
c. Studi pustaka. Menurut (M. Nazir, 1988: 111) studi
pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan
terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan
yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.
9.5
Definisi Konseptual
Berikut
ini adalah penjabaran lebih lanjut mengenai variabel penelitian tersebut :
a.
Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan
adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku bawahan. Menurut Likert
(dalam Wahjosumidjo, 1987: 54) terdapat empat gaya kepemimpinan yang dapat
digunakan pemimpin didalam proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.
Berikut ini macam- macam gaya kepemimpinan tersebut:
-
Gaya direktif
-
Gaya konsultatif
-
Gaya partisipasif
-
Gaya delegatif
Terdapat
empat karakteristik pemimpin yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin
(Surindhia dan Widyanti dalam Abdul,
2006 : 168) diantaranya :
o
Pemimpin harus peka terhadap
lingkungannya, harus mendengarkan saran-saran dan nasehat dari orang-orang
disekitarnya. Seorang pemimpin haruslah mau menerima kritik dan saran dari
orang lain.
o
Pemimpin harus menjadi teladan dalam
lingkungannya. Seorang pemimpin mampu menjadi panutan bagi karyawannya. Tidak
melanggar peraturan yang telah dibuat didalam perusahaan.
o
Pemimpin harus bersikap dan bersifat
setia kepada janjinya, kepada organisasinya. Seorang pemimpin harus menepati
setia janji-janji yang diucapkan terhadap organisasi yang dipimpinnya.
o
Pemimpin harus mampu mengambil
keputusan, harus pandai, cakap dan berani setelah semua faktor yang relevan
diperhitungkan. Seorang pemimpin harus pandai dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang terjadi didalam organisasinya.
b.
Motivasi
Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang
dimiliki oleh seseorang karyawan untuk bekerja dengan giat dalam mencapai
tujuan dirinya dan tujuan perusahaan
(Mangkunegara, 2011: 84). Beberapa faktor yang dapat memotivasi
kerja karyawan menurut (Ridwan, 2002: 92)
sebagai berikut:
-
Gaji yaitu kompensasi yang diberikan
perusahaan kepada karyawan atas penghargaannya dalam bekerja, dapat berupa
upah, tambahan bonus (uang lembur), dan tunjangan-tunjangan lainnya.
-
Peraturan dan kebijakan perusahaan
adalah cara yang ditetapkan oleh perusahaan untuk menjalankan program-program
perusahaan yang mendukung karyawan untuk bertingkah laku dalam menghadapi
pekerjaannya.
-
Hubungan dengan rekan kerja adalah
bentuk kerja sama yang dibina dengan baik antar satu karyawan dengan karyawan
lain baik dalam menghadapi pekerjaan maupun dalam hubungan diluar pekerjaan.
-
Hubungan atasan dengan bawahan adalah
hubungan timbal balik antara atasan dengan bawahan baik didalam pekerjaan
maupun diluar pekerjaan.
-
Prestasi adalah pentingnya pencapaian
prestasi sehingga prestasi ini menjadi salah satu pendorong, pembangkit
semangat kerja karyawan.
-
Pengakuan adalah imbalan yang diberikan
perusahaan sebagai penghargaan atas pencapaian prestasi sesuai dengan standar
yang ditentukan oleh perusahaan.
-
Tanggung jawab adalah kepercayaan yang
diberikan atasan kepada bawahan dalam melaksanakan tugasnya, sehingga bawahan
merasa mempunyai semangat dalam melaksanakan tugasnya.
9.6
Definisi Operasional
9.6.1
Gaya Kepemimpinan
Empat karakteristik gaya kepemimpinan
yang dimiliki seorang pemimpin diantaranya, pemimpin harus
peka terhadap lingkungan, pemimpin harus menjadi
teladan dalam lingkungannya, pemimpin harus
menepati setia janji yang diucapkan terhadap organisasi yang dipimpinnya, pemimpin harus mampu mengambil keputusan.
9.6.1.1
Peka Terhadap Lingkungan
1.
Atasan anda mengetahui masalah-masalah
yang sedang terjadi di perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju
e. Sangat Setuju
2.
Atasan anda mengetahui kondisi
perusahaan dengan pesaingnya.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
3.
Atasan anda dapat memberikan jalan
keluar dalam setiap permasalahan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.1.2
Menjadi
Teladan
4.
Atasan anda mampu memberi contoh dalam
mengambil keputusan yang adil bagi karyawan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
5.
Atasan anda mematuhi peraturan yang ada
dalam perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
6.
Atasan anda memiliki prestasi yang bagus
dalam peningkatan perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.1.3 Setia Pada Janjinya
7.
Atasan anda menepati setiap janji yang
diucapkan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
8.
Atasan anda mensejahterakan karyawan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.1.4 Mampu Mengambil
Keputusan
9. Ketika
terdapat masalah atasan langsung membuat keputusan dilanjutkan turunnya
perintah kepada bawahan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
10. Jika
terdapat masalah maka akan didiskusikan bersama karyawan dilanjutkan
pengambilan keputusan oleh atasan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
11. Ketika
terdapat masalah akan didiskusikan bersama dengan karyawan dan pengambilan
keputusan dilakukan bersama-sama.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
12. Ketika
terdapat masalah maka atasan sepenuhnya percaya jika bawahannya dapat
menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa atasan harus campur tangan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
13.
Ketika sedang berdiskusi, atasan anda
selalu menyampaikan ide, saran atau kritik untuk kemajuan perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
14.
Karyawan diikutkan dalam pemecahan
masalah yang terjadi pada perusahaan namun keputusan diambil oleh atasan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
15.
Atasan sering mengambil keputusan disaat
rapat.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
16.
Ketika terjadi konflik antar karyawan,
respon atasan anda ialah mendiskusikan masalah tetapi penyelesaian masalah
diselesaikan atasan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
17.
Atasan anda mempunyai peran dalam
mengambil keputusan yang telah dirundingkan bersama-sama karyawan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.2 Motivasi
Indikator motivasi
yaitu bekerja keras, bekerja sama, dan bertanggung jawab. Hal-hal yang
mempengaruhi motivasi seseorang diantaranya : gaji, peraturan dan kebijakan
perusahaan, hubungan dengan rekan kerja, hubungan atasan dengan bawahan,
prestasi, pengakuan dan tanggung jawab.
9.6.2.1
Gaji
9
Gaji yang anda peroleh mencukupi
kebutuhan sehari-hari.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
10
Gaji yang anda terima membuat anda
meningkatkan produktifitas dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
11
Bonus yang diberikan dalam perusahaan
pada waktu-waktu tertentu meningkatkan motivasi anda dalam menyelesaikan
pekerjaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.2.2 Peraturan dan
Kebijakan Perusahaan
12
Peraturan yang diberlakukan di perusahaan
membuat anda disiplin dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
13
Peraturan mengenai upah lembur membuat
anda semangat dalam menyelesaikan pekerjaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
14
Sanksi yang diberlakukan perusahaan
apabila karyawan melanggar aturan membuat anda lebih semangat dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
15
Pengawasan yang dilakukan atasan dalam
bekerja, membuat anda bekerja lebih baik.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
16
Kebijakan yang dilakukan perusahaan
mengenai tunjangan/ gaji karyawan membuat anda lebih besungguh-sungguh dalam
bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
17
Atasan sering memberikan pengarahan
mengenai standart kerja dari perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.2.3 Hubungan Dengan
Rekan Kerja
18
Adanya kesempatan anda dalam
bersosialisasi dengan sesama rekan sekerja diluar pekerjaan (saat istirahat,
sepulang kerja, dll) membuat anda lebih nyaman dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
19
Terjalinnya kerjasama antar sesama rekan
kerja membuat anda lebih semangat dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
20
Anda dan sesama rekan kerja anda sering
bersosialisasi walaupun diluar pekerjaan (silaturahmi).
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
21
Saran dan kritik dari rekan kerja
membuat anda bekerja lebih baik.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
22
Anda selalu memberikan dorongan dan
semangat kepada rekan kerja dalam menyelesaikan pekerjaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
23
Anda bersedia membantu menyelesaikan
kesulitan rekan kerja satu bagian dalam menyelesaikan pekerjaannya.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju
e. Sangat Setuju
9.6.2.4 Hubungan Atasan
Dengan Bawahan
24
Komunikasi yang terjalin antara anda
dengan atasan tergolong sering namun hanya sebatas pada pekerjaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
25
Atasan anda sering memberikan
pengarahan/ bimbingan dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
26
Atasan sering memberikan perhatian
mengenai ide, usulan, dan keluhan dari karyawan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
27
Ketika atasan anda memberikan
pengarahan/ bimbingan dalam hal pekerjaan dapat membuat anda termotivasi dalam
bekerja lebih baik.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
28
Atasan anda sering bersosialisasi dengan
sesama karyawan diluar pekerjaan (saat istirahat, sepulang kerja, dll).
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
29
Hubungan yang dekat dengan atasan
membuat anda lebih bersemangat dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.2.5 Prestasi
30
Ketika anda diperintahkan lembur oleh
atasan untuk mencapai target, anda dengan senang hati menerima lembur tersebut.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
31
Anda bersedia bekerja sesuai dengan
peraturan dan standar kerja perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
32
Bonus yang diberikan perusahaan jika
bekerja dengan baik membuat anda lebih bersungguh-sungguh dalam bekerja.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.2.6 Pengakuan
33
Atasan sering memberikan pujian terhadap
karyawan yang bekerja dengan baik.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
34
Atasan anda menghargai setiap hasil
kerja yang anda lakukan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
35
Penghargaan dari perusahaan dan pujian
dari atasan membuat anda termotivasi untuk bekerja lebih baik.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
36
Atasan anda sering memberikan saran atau
kritik pada hasil pekerjaan yang dilakukan karyawan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
9.6.2.7 Tanggung Jawab
37
Anda bersedia bekerja keras dalam
mencapai target perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
38
Anda bersedia menjaga nama baik
perusahaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
39
Anda selalu berusaha untuk menyelesaikan
pekerjaan tepat waktu.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
40
Anda bersedia menerima sanksi apabila
melakukan kesalahan dalam pekerjaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
41
Anda bersedia memperbaiki kesalahan yang
dilakukan dalam menyelesaikan pekerjaan.
a.
Sangat Tidak Setuju b. Tidak Setuju c. Ragu-ragu d. Setuju e. Sangat Setuju
- Pengujian
Validitas
Instrumen penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini berupa kuesioner tersebut dijumlahkan untuk mengetahui
ukuran gaya kepemimpinan direktur utama terhadap motivasi kerja karyawan di UD
Fajar Baru Kusuma.
Melalui instrumen ini dilakukan uji
validitas dan reabilitas sehingga dapat dipertanggung jawabkan pemakaiannya.
Berikut ini uji validitas dan uji reabilitas tersebut :
a. Uji
Validitas
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrument. Suatu instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang
diinginkan dan dapat mengungkap data dan variabel yang diteliti secara tepat
(Arikunto, 2002: 34).
Untuk mengetahui korelasi atau hubungan antara masing-masing item pernyataan
dengan skor total, maka teknik korelasi yang digunakan adalah korelasi pearson product moment, pernyataan akan
dinyatakan signifikan atau valid bila p < 0.05 (Sugiyono, 2007: 28). Rumus korelasi yang dapat
digunakan untuk menghitung sebagai berikut :
√{N ∑ x2 – (∑ x)2}{N ∑ y2 – (∑ y)2}
Keterangan:
rxy
: Korelasi antara X dan Y
N
: Jumlah responden
∑xy
: Jumlah antara perkalian skor X dan Y
∑x
: Jumlah seluruh skor X
∑x2
: Jumlah seluruh kuadrat skor X
∑y
: Jumlah skor Y
∑y2
: Jumlah seluruh kuadrat skor Y
Bila hasil perhitungan dari rumus itu
kemudian dikonsultasikan dengan rtabel yang memakai taraf signifikan
5%. Apabila dalam perhitungan didapat rxy > rtabel
maka instrument tersebut valid dimana rtabel ditentukan dari jumlah
sampel (N) dan jumlah variabel (k) sehingga diperoleh df (degree of freedom) dengan rumus df = N – k.
b.
Uji Reabilitas
Reabilitas
adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan, menurut (Notoadmojo, 2002: 31). Pengujian reabilitas dimulai
dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jadi jika sebuah pernyataan tidak
valid, maka pernyataan tersebut tidak dilanjutkan untuk uji reabilitas.
Pernyataan yang sudah valid kemudian baru secara bersama diukur reabilitasnya.
Reabilitas
menunjukkan taraf kepercayaan atau taraf konsistensi hasil alat ukur, sejauh
mana pengukuran tersebut dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila
dilakukan pengukuran terhadap subjek yang sama (Sugiyono, 2008: 66). Menurut
Sugiyono, pengujian reabilitas digunakan dengan rumus koefisien reabilitas alpha cronbach dengan bantuan computer. Untuk mengetahui reabilitas
instrumen caranya adalah dengan membandingkan nilai rtabel dengan alpha. Pernyataan dikatakan reliabel
dengan ketentuan bila alpha lebih
besar daripada rtabel (0.60) (Sugiyono, 2006: 37). Untuk mencari koefisien
reabilitas dengan menggunakan rumus alpha
sebagai berikut :
k
– 1 a r2
Keterangan
:
a :
Reabilitas instrument
k
: Banyaknya butir soal
∑ab2 : Jumlah
varian butir
a r2
: Varian total
c.
Koefisien determinasi
Koefesien determinasi digunakan untuk
mengetahui besarnya kontribusi dari variabel bebas terhadap variabel tidak bebas,
biasanya dinyatakan dalam %. Rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut
:
kd
= r2 x 100%
Keterangan
:
kd =
Koefisien determinasi
r =
Nilai koefisien korelasi
d.
Uji hipotesis
Untuk menganalisis hipotesis yang telah
diambil, maka digunakan rumus hipotesis sebagai berikut :
Keterangan
:
n =
Jumlah data
r =
Koefisien korelasi
Bentuk
uji hipotesis adalah sebagai berikut :
Ho
: r1 ≤ 0 ; menunjukkan
tidak ada pengaruh positif antara gaya
kepemimpinan dengan motivasi kerja
Ho
: r1 ≥ 0 ; menunjukkan adanya pengaruh positif
antara gaya kepemimpinan dengan motivasi kerja.
- Analisis
Data
Teknik analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Pengolahan dan analisis data
dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang ada
untuk mengggambarkan fenomena yang terjadi. Dalam mengolah dan menganalisis
data menggunakan skala Likert. Menurut (Sugiyono, 2004: 86), skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Melalui pengumpulan dan pengolahan
data dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap
pertanyaan dengan cara sebagai berikut :
Tabel Skala Likert
|
Alternatif
|
Bobot Nilai
|
|
Sangat Setuju
|
5
|
|
Setuju
|
4
|
|
Ragu-ragu
|
3
|
|
Tidak Setuju
|
2
|
|
Sangat Tidak
Setuju
|
1
|
Gambar 4. Tabel
skala likert
Untuk memperkuat analisis penelitian ini
dilakukan pula uji statistik melelui SPSS 16. Uji yang dilakukan adalah uji Pearson, untuk mengetahui seberapa besar
korelasi antara variabel (X) yaitu pengaruh gaya kepemimpinan terhadap variabel
(Y) motivasi kerja karyawan di UD Fajar Baru Kusuma.
- Jadwal
Penelitian
Kegiatan
penelitian secara keseluruhan menggunakan prosedur yang dilaksanakan selama
enam bulan mulai dari tahap awal perencanaan hingga sidang dengan perincian
sebagai berikut :
|
Bulan/Tahapan
|
Mei
|
Juni
|
Juli
|
Agustus
|
September
|
Oktober
|
November
|
|
Perencanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusunan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sidang
|
|
|
|
|
|
|
|
Gambar 5. Jadwal Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim. 2006. Analisis Pengaruh Motivasi Komitmen
Organisasi dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas Perhubungan
dan Telekomunikasi Provinsi Jawa Tengah. JRBI. Vol 2. No 2. Hal : 165 – 180.
Abdullah Latief.
2013. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Pegawai. Gorontalo : Universitas Tarbiyah IAIN Sultan Amai
Gorontalo.
Anwar Sutoyo. 2012. Pemahaman Individu. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka
Cipta.
Bass, B.M. 1990. Bass and Stogdill’s Hand Book of Leadership.
New York : Free Press.
Blakely, Edward J.
1994. City Planning Local Economic
Development : Theory and Practice. Sage Publications
Budi Setiawan dan
Waridin. 2006. Pengaruh Disiplin Kerja
Karyawan dan Budaya Organisasi Tehadap Kinerja di Divisi Radiologi RSUP Dokter
Kariyadi Semarang. JRBI. Vol 2.
No 2. Hal : 181 – 198.
Dale, Robert D. 1992. Pelayan Sebagai Pemimpin. Malang :
Gandum Mas.
Festinger, L. 1957.
A Theory of Cognitive Dissonance.
Stanford : Stanford University Press.
Hidayat Syarifudin. 2002. Metode Penelitian. Bandung : Mandar
Maju.
Ismail Pulungan. 2001. Manajemen Mutu Terpadu. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Kerlinger, Fred N. 2004. Asas-asas Penelitian Behavioral.
Yogyakarta : Universitas Gajahmada.
Mangkunegara. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung : Rosda Karya.
Marwansyah dan Mukaram. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan
kedua). Bandung : Pusat Penerbitan Administrasi Negara.
Miftah Thoha. 2003. Kepemimpinan Dalam Manajemen. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Moh. Nazir. 1988. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Notoadmojo. 2002. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.
Ridwan Sundjaja. 2002. Skala Pengukuran Variabel-variabel
Penelitian. Jakarta : Prenhallindo.
Rivai Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk
Perusahaan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Robbins, Stephen P. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Bahasa
Indonesia. Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia.
2008. Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta :
Prenhallindo.
Shaw, Marvin E dan Philip R Contanzo.
1982. Teori-teori Psikologi Sosial.
Terj. Sarlito Wirawan Sarwono. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sondang P Siagian.
2002. Kiat Meningkatkan Produktivitas
Kerja. Jakarta : Asli Mahasatya.
2003. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta
: Rineka Cipta.
Stoner, James A. F dan Freeman. 1994. Manajemen (edisi Bahasa Indonesia).
Jakarta : Prenhallindo.
Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta : Rineke Cipta.
Sutarto. 1998. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi.
Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta : Ghalia.
Wardono. 2012. Pengaruh Pendidikan Pelatihan dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai di
Kantor Kecamatan Semen Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 1
Nomor 2. September.
Werther, W.B dan
Davis, Keith (1992). Human Resources and
Personnel Managemen. Fourth Edition. Singapore : Mc Graw-Hill Book Co.
Yukl, A.G (1998). Kepemimpinan Dalam Organisasi. Edisi
Bahas Indonesia. Yusuf Udaya. Jakarta : Prenhallindo.


Comments
Post a Comment